admin • Mar 16 2024 • 71 Dilihat
Oleh
1. Agus Prasmono
(Pengamat Sosial,tinggal di Ponorogo,Jatim)
2. Priyono
(Takmir Masjid Al Ikhlas, Sumberejo, Klaten Selatan)
Quote bulan ramadhan
Ramadhan membawa berkah
Bahkan hati yang paling keraspun dilembutkan di bulan ramadhan, jangan lewatkan kesempatan ini
Joging 5 km kuat tapi ke masjid 100 m sambat, apa harus diantar tetangga
Sholatlah kamu di belakang Imam sebelum disholatkan di depan Imam
Takutlah dalam ketinggalan sholat seperti takutnya ketinggalan pesawat
Jangan takut sandalmu hilang di masjid tapi takutlah jika sandalmu tak pernah kau bawa ke masjid.
Itu pernyataan motivasi ramadhan dan sekaligus kritik kepada jamaah untuk memakmurkan masjid dan mengisi ramadhan, yang dipasang dalam bentuk banner di sekitar masjid Al Ikhlas ,Gudang, Sumbereja,klaten Selatan. Memasuki bulan puasa, salah satu diwarnai dengan kegiatan berbuka bersama selalu marak dimana-mana. Namun menurut hemat penulis ada dua tempat yang sering dipakai untuk berbuka bersama. Pertama di serambi masjid atau mushola, kedua di rumah makan atau restoran. Keduanya mengalami kenaikan yang signivikan setiap tahun khususnya di tempat tinggal penulis berada. Untuk yang pertama barangkali bisa dipakai sebagai indikator kemakmuran suatu masjid ketika masjid itu ramai untuk kegiatan kemasyarakatan termasuk berbuka dan kegiatan lain seperti jumat berkah, sarapan jumat pagi sehat, dan beberapa kegiatan yang semakin kreatif di masjid itu. Memberi buka puasa termasuk ajaran Nabi Muhammad saw : “Barang siapa yang memberi buka maka pahalanya seperti orang yang berpuasa (HR Tarmidzi dan Ibnu Majah)”. Mengadakan buka puasa juga merupakan ukhuwah islamiah yang dapat meningkatkan kualitas silaturahmi dalam rangka mengisi bulan ramadhan agar membekas dalam kehidupan sehari hari bagi pelakunya. Puasa, sholat dan ibadah lain adalah cara untuk mnyempurnakan akhlak pelakunya.
Memang biasanya masjid yang dinamis mengadakan kegiatan semacam itu setidaknya jamaahnya juga ramai bukan saja saat ada konsumsi namun saat ada kegiatan peribadatan khususnya shalat lima waktu dan kegiatan lain seperti kajian dan kegiatan keagamaan lain. Untuk mendatangkan jamaah bisa datang ke masjid walaupun “sekedar” makan-makan, ternyata juga bukan pekerjaan mudah. Ketika jamaahnya sepi dalam melaksakan ibadah sangat mungkin kegiatan makan bersama itu juga sangat kecil kemungkinan terjadinya. Tetapi juga sebaliknya, bagi masjid yang jamaahnya sedikit, dengan makan gratis (tanpa menunggu presiden baru), juga bisa dipakai untuk menarik jamaah walau jamaah idak semata-mata tertarik karena konsumsi. Kecuali masjid dilingkungan kost mahasiswa. Coba kita amati di lingkungan masjid kita masing masing , ketika ada peringatan yasinan atau tahlilan, banyak jamaah yang ikut hadir termasuk yang tidak sholat mungkin, akan tetapi ketika sholat wajib berjamaah di masjid, yang hadir bisa dihitung dengan jari. Salah satu daya tariknya adalah tersedianya makan dan minuman. Kadang yang esensial terlupakan tapi yang incidental diutamakan karena konsumsi.
Kegiatan konsumsi ini hidup tidaknya jamaah dilihat dari mana konsumsi itu berasal. Kalau dari semua jamaah ikut serta dalam kegiatan itu, berarti kekompakan jamaah bisa dilihat dari kegiatan tersebut. Namun kalau hanya dari donator tertentu, sangat mungkin kekompakan jamaahnya belum terbangun dengan baik. Ketika semua terlibat maka menunjukkan bahwa kebersamaan jamaahnya. Kebersamaan semacam ini perlu dibangun untuk membangun kebersamaan masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat. Sehinga ketika berbuka saja kompak, sangat mungkin kegiatan yang lain juga semakin kompak. Bahkan bagi jamaah sendiri dengan terbiasa mengkiuti kegiatan itu, akan merasa ada yang hilang bila tidak mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga dengan kegiatan itu bisa dikembangkan untuk kegiatan positif lain seperti meramaikan jamaah masjid, kebersamaan mebangun masjid bahkan membangun lingkungan sekitar dimana masjid berada. Selain itu buka bersama ini jga bisa dipakai sebagai ajang silaturahmi antar warga yang saat ini semakin jarang dilakukan.
Untuk itu sebuah PR kepada para takmir Masjid atau Mushola jika jamaahnya sepi mungkin bisa didongkrak dengan salah satunya adalah menyediakan makanan walaupun sedikit dan pergantian sesuai dengan kemampan ekonomi jamahnya. Tentunya hasus bijak ketika warga kondisinya sangat heterogen, karena bisa menjadi bahan pergunjingan ketika menimbulkan persaingan walaupun hanya sekedar sepotong kue. Tetapi ketika sudah menjadi kebutuhan mereka, mereka akan mudah untuk megikutunya.
Berbuka bersama yang kedua yang ingin penulis bahas adalah ketika maraknya buka bersama di rumah makan. Maraknya berbuka di rumah makan ini belum bisa dijadikan acuan kemajuan penganut agama karena menurut hemat penulis banyak diantara mereka yang ternyata tidak menjalankan ibadah puasa walaupun secara rahasia dia menyimpan kedoknya tersebut. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh komunitas tertentu, reuni sekolah, keluarga besar dari keluarga tertu, penghoby dan sebagainya. Dalam rumah makan yang tidak terlalu besar namun penuh dengan pengunjung sehingga ketika akan melakukan sholat magrib dengan waktu yang sangat terbatas, biasanya tidak tersedia tempat yang representatif. Sehingga salah satu kesulitan kekita berbuka bersama yang mestinya tidak wajib (bersama) menjadi wajib karena ingin bertemu komunitasnya. Sementara sholat yang mestinya akan lebih baik dlakukan berjamaah bisa jadi menjadikurang tumakninah karena ramainya tempat ibadah dengan daya tampung yang terbatas.
Namun belakangan semakin banyak komunitas yang berupaya mengadakan buka bersama tersebut. Memang dari segi membangun kebersamaan juga ada nilai positifnya walaupun tidak sebesar kalau dilakukan di masjid. Tentunya yang paling positif adalah dari segi kebangkitan ekonomi khususnya kebangkitan ekonomi rumah-makan di bulan puasa yang mesinya sepi menjadi ramai dengan berbuka bersama tersebut. Namun itu semua lebih baik dari pada ramainya pengunjung warung di siang bolong yang hanya nampak kakinya saja, bahkan sekarang semakin terang-terangan pamer tidak berbuka didepan umum. Kalau itu dilakukan oleh non muslim, mungkin bisa dimaklumi, namun ketika yang melakukan sesama muslim maka itu adalah sebuah keprihatinan. Bahkan ada kecenderungan non muslim semakin menghargai bulan puasa dengan tidak terang-terangan makan di bulan puasa di tempat umum. Ini adalah nilai toleransi yang sangat positif namun muslim sendiri ada yang tidak mengetahui toleransi kepada sesama muslim dengan tidak melakukan ibbadah puasa namun justru secara terang-terangan memamerkan bahwa dia tidak melaksanakan ibadah puasa.
Namun semua hal diatas setidaknya menjadi indikator kebangkitan ekonomi masyarakat di tengah meroketnya harga beras saat ini. Namun tentunya harapan kita adalah puasa bukan untuk sekedar membangun kebersamaan seperti berbuka bersama namun yang lebih utama adalah membangun solidaritas untuk sesama dengan merasakan bagaimana laparnya jika kurang makan maka diharapkan akan timbul empati dari muslim yang mampu dengan membantu meringankan penderitaan kepada umat lain yang kurang mampu. Itulah esensi puasa diwajibkan untuk umat muslim. Semoga bisa membangun manusia yang peka kepada penderitaan sesama selain menjadi insan yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Pencipta.
Oleh: Agus Prasmono, M.Pd. (Alumnus Departemen Geografi Unversitas Negeri Malang/UM) Kondisi udara d...
Oleh: Agus Prasmono, M.Pd. (Alumnus Departemen Geografi Unversitas Negeri Malang/UM) Kondisi udara dibeberapa kota besar di Indonesai semakin me...
Oleh: Agus Prasmono, M.Pd. (Kepala SMAN 1 Parang Magetan Jawa Timur) Menteri Pendidikan, Kebudayaaa dan Riset Dikti yang ahli di bidang aplikasi...
Acara Dibuka langsung oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Parang, Yang di hadiri Oleh Bupati Magetan Suprawoto, Forkopimca Parang, Guru SMAN 1 Parang, Da...
Oleh 1. Agus Prasmono (Pengamat Sosial,tinggal di Ponorogo,Jatim) 2. Priyono (Takmir Masjid Al Ikhlas, Sumberejo, Klaten Selatan) Quote bulan ra...
No comments yet.